Model konsep akademis merupakan model tertua yang
bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang
berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini praktis, mudah disusun dan digabungkan dengan
tipe lainnya. Kurikulum subjek akademis
sangat mengutamakan pengetahuan, maka pendidikannya lebih bersifat intelektual.
Sehingga nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama
disiplin ilmu.
Kurikulum
ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Isi pendidikan diambil dari setiap
disiplin ilmu. Guru sebagai penyampai bahan ajar mempunyai peranan penting,
yaitu menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum dan menjadi ahli
dalam bidang-bidang studi yang diajarkan. Selain itu juga harus mampu menjadi
model bagi para siswanya.
Ada tiga pendekatan dalam
perkembangan Kurikulum Subjek Akademis. Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan
pengetahuan, murid-murid belajar
bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan tidak hanya sekedar mengingat.
Pendekatan kedua, studi yang
bersifat integratif, merupakan respons terhadap perkembangan masyarakat yang
menuntut model-model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu. Ada beberapa
ciri model kurikulum yang dikembangkan, yaitu: menentukan tema-tema yang
membentuk satu kesatuan (unifying theme)
yang dapat terdiri atas ide atau konsep besar yang mencakup semua ilmu atau
suatu proses kerja ilmu, fenomena alam, atau masalah sosial yang membutuhkan
pemecahan secara ilmiah. menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin
ilmu, dan menyatukan berbagai cara atau metode belajar. Pendekatan yang
terakhir adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah
fundamentalis, mengajar berdasarkan mata-mata pelajaran dengan menekankan
membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah matematis.
1.
Ciri-ciri
Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis mempunyai
beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi.
Tujuan dari kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid
serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Siswa diharapkan memiliki
konsep-konsep dan cara-cara yang dapat dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas. Metode
yang paling banyak digunakan dalam kurikulum ini adalah metode ekspositori dan inkuiri.
Ide-ide dari guru dielaborasi oleh siswa sehingga
dapat dikuasai.
Ada
beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis,
diantaranya:
a. Correlated curriculum
adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran
dikorelasikan dengan pelajaran lain.
b. Unified atau
Concentrated curriculum adalah pola organisasi
bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu yang mencakup
materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.
c. Integrated curriculum,
dalam integrated warna disiplin ilmu
sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan,
kegaiatan atau kehidupan tertentu.
Berkaitan dengan kegiatan evaluasi,
kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi
disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Para ahli ilmu disiplin
memiliki sifat ambivalen terhadap evaluasi, karena satu pihak memandang suatu
kegiatan yang sangat berharga, yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
Namun pihak lain mengkhawatirkan
kegiatan evaluasi dapat mempengaruhi hubungan guru dan siswa. Kekhawatiran itu
mulai berkurang setelah adanya model evaluasi formatif dan sumatif.
2.
Pemilihan
Disiplin Ilmu
Masalah besar yang dihadapi para
pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran
dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Berikut beberapa saran untuk
mengatasi masalah tersebut, antara lain:
a. Mengusahakan
adanya penguasaan yang menyeluruh (comprehensiveness)
dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
b. Mengutamakan
kebutuhan masyarakat (social utility),
memilih dan menetukan aaspek-aspek dari disiplin ilmu yang sangat diperlukan
dalam kehidupan masyarakat.
c. Menekankan
pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar (prerequisite) bagi penguasaan
disiplin-disiplin ilmu yang lain.
3.
Penyesuaian
Mata Pelajaran dengan Perkembangan Anak
Para pengembang kurikulum subjek
akademis lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis
daripada menyelaraskan urutan
bahan dengan kemampuan berpikir anak. Umumnya kurang memperhatikan bagaimana
siswa belajar melainkan
lebih mementingkan susunan isi atau apa yang akan dipelajari. Para ahli
kurikulum subjek akademis juga memandang materi yang akan diajarkan bersifat universal
dan mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan
masyarakat setempat.
Namun
seiring perkembangan, kelemahan-kelemahan tersebut diatasi dengan melakukan
beberapa penyempurnaan, yaitu: pertama, untuk mengimbangi penekanannya pada
proses berpikir, mereka mulai mendorong penggunaan intuisi dan tebakan-tebakan.
Kedua adalah upaya untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan
kebutuhan setempat, dan ketiga dengan memanfaatkan fasilitas dan sumber yang
ada pada masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar