Senin, 06 Januari 2014

KURIKULUM SUBJEK AKADEMIS



 Model konsep akademis merupakan model tertua yang bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini praktis, mudah disusun dan digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum subjek akademis sangat mengutamakan pengetahuan, maka pendidikannya lebih bersifat intelektual. Sehingga nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu.
Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Guru sebagai penyampai bahan ajar mempunyai peranan penting, yaitu menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum dan menjadi ahli dalam bidang-bidang studi yang diajarkan. Selain itu juga harus mampu menjadi model bagi para siswanya.
 Ada tiga pendekatan dalam perkembangan Kurikulum Subjek Akademis. Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan pengetahuan, murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan tidak hanya sekedar mengingat. Pendekatan kedua, studi yang bersifat integratif, merupakan respons terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu. Ada beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan, yaitu: menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying theme) yang dapat terdiri atas ide atau konsep besar yang mencakup semua ilmu atau suatu proses kerja ilmu, fenomena alam, atau masalah sosial yang membutuhkan pemecahan secara ilmiah. menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu, dan menyatukan berbagai cara atau metode belajar. Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis, mengajar berdasarkan mata-mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah matematis.


1.      Ciri-ciri Kurikulum Subjek Akademis
            Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan dari kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas. Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum ini adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide dari guru dielaborasi oleh siswa sehingga dapat dikuasai.
            Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis, diantaranya:
a.       Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lain.
b.      Unified atau Concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.
c.       Integrated curriculum, dalam integrated warna disiplin ilmu sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegaiatan atau kehidupan tertentu.
            Berkaitan dengan kegiatan evaluasi, kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Para ahli ilmu disiplin memiliki sifat ambivalen terhadap evaluasi, karena satu pihak memandang suatu kegiatan yang sangat berharga, yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Namun pihak lain mengkhawatirkan kegiatan evaluasi dapat mempengaruhi hubungan guru dan siswa. Kekhawatiran itu mulai berkurang setelah adanya model evaluasi formatif dan sumatif. 
2.      Pemilihan Disiplin Ilmu
            Masalah besar yang dihadapi para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Berikut beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain:
a.       Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh (comprehensiveness) dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
b.      Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social utility), memilih dan menetukan aaspek-aspek dari disiplin ilmu yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat.
c.       Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar (prerequisite) bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lain.
3.      Penyesuaian Mata Pelajaran dengan Perkembangan Anak
            Para pengembang kurikulum subjek akademis lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan berpikir anak. Umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar melainkan lebih mementingkan susunan isi atau apa yang akan dipelajari. Para ahli kurikulum subjek akademis juga memandang materi yang akan diajarkan bersifat universal dan mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat.
            Namun seiring perkembangan, kelemahan-kelemahan tersebut diatasi dengan melakukan beberapa penyempurnaan, yaitu: pertama, untuk mengimbangi penekanannya pada proses berpikir, mereka mulai mendorong penggunaan intuisi dan tebakan-tebakan. Kedua adalah upaya untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan kebutuhan setempat, dan ketiga dengan memanfaatkan fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar