Senin, 06 Januari 2014

KURIKULUM HUMANISTIK


1.      Konsep Dasar
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat pada siswa dan memandang siswa sebagai subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan.
Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistic yaitu pendidikan Konfluen, Kritikisme Radikal dan Mistikisme Modern. Pendidikan Konfluen menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh (baik secara pikiran, perasaan, maupun tindakan) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. Kritikisme Radikal bersumber dari aliran naturalism dan romantisme Rosseau yang memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimiliki. Mitikisme Modern adalah aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity training, yoga, meditasi dsb).
2.      Kurikulum Konfluen
Kurikulum konfluen dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen yang ingin menyatukan segi-segi afektif (sikap,perasaan, nilai) dengan segi kognitif (kemampuan intelektual). Pendidikan konfluen kurang menekankan pengetahuan yang mengandung segi afektif. Kurikulum tidak menyiapkan pendidikan tentang sikap, perasaan dan nilai yang harus dimiliki murid-murid. Sebaiknya kurikulum mempersiapkan berbagai alternative yang dapat dipilih murid dalam proses bersikap, berperasaan dan memberi pertimbangan nilai. Murid hendaknya diajak untuk menyatakan pilihan dan mempertanggungjawabkan sikap, perasaan dan pertimbangan nilai yang telah dipilihnya.
3.      Ciri Kurikulum Konfluen
Kurikulum konfluen memiliki beberapa cirri utama yaitu :
a.       Partisipasi. Kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam belajar. Hal ini menunjukkan ciri non-otoriter dari pendidikan konfluen.
b.      Integrasi. Melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok terjadi interaksi, interpenetrasi dan integrasi dari pemikiran, perasaan dan tindakan.
c.       Relevansi. Isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minat dan kehidupan murid.
d.      Pribadi Anak. Pendidikan memberikan tempat utama pada pribadi anak. Pendidikan adalah pengembangan pribadi, pengaktualisasian segala potensi pribadi anak secara utuh.
e.       Tujuan. Pendidikan bertujuan mengembangakan pribadi yang utuh, yang serasi baik di dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh.
4.      Metode-metode Belajar Konfluen
Para penyusun kurikulum konfluen tidak menuntut guru melaksanakan pengajaran seperti yang mereka kerjakan. Setiap guru diharapkan dapat mengembangakan kreasi mereka sendiri.
Dalam memilih kegiatan belajar ada beberapa cara yang dapat ditempuh. Pertama, mengidentifikasi tema atau topic yang mengandung self judgment. Kedua, materi disajikan dalam bentuk yang belum selesai (open ended), tema atau isu diharapkan muncul secara spontan dari prosedur serta perlengkapan pengajaran yang ada.
Pengajaran humanistic memfokuskan proses aktualisasi diri (self actualization). Setiap orang mempunyai self (aku) yang tidak selalu disadari, tersembunyi atau tertutup yang kemudian akan disadarkan melalui pendidikan. Kurikulum humanistik dapat membantu memperlancar proses aktualisasi diri ini. Melalui berbagai kegiatan pengajaran model humanistic, para siswa dapat menyatakan diri, berekspresi, bereksperimen, berbuat, memperoleh umpan balik dan menemukan dirinya.
5.      Karakteristik Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistic memiliki beberapa karakteristik berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi. Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas dan otonom kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain dan belajar.
Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan murid. Selain harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan murid, guru juga harus mampu menjadi sumber. Ia harus mampu meberikan materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar.
Sesuai dengan prinsip yang dianut, kurikulum humanistik menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal.
Model ini lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kurikulum yang biasa terutama subjek akademis mempunyai criteria pencapaian, maka model humanistic tidak ada criteria. Sasaran model ini adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri.
6.      Kelemahan Kurikulum Humanistik
Sebagai suatu hal alamiah, kurikulum humanistic memiliki kelemahan, antara lain:
a.       Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik.
b.      Meski kurikulum ini menekankan individu peserta didik, pada kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didik.
c.       Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
d.      Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar