Senin, 06 Januari 2014

KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL & KURIKULUM TEKNOLOGIS


A.    KURIKULUM REKONSTRUKSI SOSIAL
Kurikulum rekontruksi sosial lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Melalui interaksi dan kerja sama siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
1.      Desain kurikulum rekontruksi sosial
a.       Asumsi
Tujuan utama kurikulun rekontruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Masalah-masalah masyarakat bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.
b.      Masalah-masalah sosial yang mendesak
Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak. Masalah-masalah tersebut dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan yang mengundang lebih mendalam, bukan saja dari buku-buku dan kegiatan laboratorium tetapi juga dari kehidupan nyata dalam masyarakat.
c.       Pola-pola organisasi
Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
2.      Komponen-komponen kurikulum
a.       Tujuan dan isi kurikulum
Dalam pendidikan ekonomi-politik, kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah :
1)      Mengadakan survai secara kritis terhadap masyarakat
2)      Mengadakan studi tentang hubungan antara keadaan ekonomi lokal dan ekonomi nasional serta dunia,
3)      Mengadakan studi tentang latar belakang historis dan kecenderungan-kecenderungan perkembangan ekonom, hubungannya dengan ekonomi lokal,
4)      Mengkaji praktik politik dalam hubungannya dengan faktor ekonomi,
5)      Memantapkan rencana perubahan praktik politik,
6)      Mengevaluasi semua rencana dengan kriteria.
b.      Metode
Dalam pengajaran rekontruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Bagi rekontruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada kebergantungan antara seseorang dengan yang lainnya.
c.       Evaluasi
Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.
3.      Pelaksanaan pengajaran rekontruksi sosial
Pengajaran rekontruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekunominya belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat. Sesuai dengan potensi yang ada di dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah.

B.     KURIKULUM TEKNOLOGIS
Terdapat korelasi yang positif antara ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan akan berdampak positif terhadap teknologi yang dihasilkan. Demikian pula sebaliknya, kemajuan teknologi juga berpengaruh besar terhadap perkembangan model konsep kurikulum.
Sukmadinata (2005:97) menyatakan bahwa ciri-ciri kurikulum teknologis dapat ditemukan pada empat bagian yaitu pada tujuan, metode, organisasi bahan, dan evaluasi.
Ciri-ciri kurikulum teknologis antara lain:
  1. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang masih bersifat umum dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil (tujuan khusus), yang di dalamnya terkandung aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
2.      Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas sesuai dengan kecepatan masing-masing. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a)    Penegasan tujuan kepada siswa.
b)   Pelaksanaan pengajaran
c)    Pengetahuan tentang hasil
d)   Organisasi bahan ajar
e)    Evaluasi
  1. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari  disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar yang besar disusun dari bahan ajar yang lebih kecil dengan memperhatikan urutan-urutan penyajian materi dalam pengorganisasiannya.
  2. Evaluasi dilakukan kapan saja. Ketika siswa telah mempelajari suatu topik/subtopik, ia dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi ini antara lain sebagai umpan balik: bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (formatif), bagi program semester (sumatif), serta bagi guru dan pengembang kurikulum. Bentuk evaluasi umumnya obyektif tes.

Program pengajaran model kurikulum ini menggunakan alat-alat yang berbau teknologi, khususnya teknologi terbaru, yang secara umum lebih menyenangkan dan terkesan up to date. Dari sisi pelaksanaannya, program pengajaran ini mengedepankan efisiensi dan efektivitas. Dengan model pengajaran seperti ini, standar penguasaan siswa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model-model lain.
Model kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan pemikiran teknologi pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu seperti pada pendidikan klasik. Model kurikulum teknolgi berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang. Kurikulum ini juga menekankan pada isi kurikulum. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati atau diukur.
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa dasar, yaitu:
a.       Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain,
b.      Hasil pengembangan yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan memberikan hasil yang sama.
Model ini di Indonesia dikenal dengan nama Satuan Pelajaran dalam lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah atau Satuan Acara Perkuliahan pada Perguruan Tinggi, sebagai bagian dari Sistem Instruksional atau Desain Instruksional.
Pengembangan kurikulum teknologis terutama yang menekankan teknologi alat, perlu mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, formulasi perlu dirumuskan terlebih dahulu apakah pengembangan alat atau media tersebut benar-benar diperlukan. Hal ini menyangkut pasaran. Kedua spesifikasi, diperlukan adanya spesifikasi dari alat atau media yang akan dikembangkan, baik dilihat dari segi kegunaannya maupun ketepatan penggunaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar